Subscribe:
SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG

Jumat, 11 April 2014

bahan ajar menulis kritik dan esai

BAHAN AJAR
MENULIS KRITIK DAN ESAI
A.      Pengertian Dan Mengidentifikasi Kritik Sastra Dan Esai
                Kritik sastra dan esai merupakan suatu cabang dari ilmu sastra dalam pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian sebuah teks sastra. Orang yang melakukannya disebut kritikus sastra. Dia diharapkan memahami terlebih dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah kritik sastra. HB. Jassin pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang kritikus sastra dianggap sebagai juru obat. Jika karya sastra telah diresensi oleh seorang kritikus terkenal, maka karyanya dianggap bermutu dan bernilai sastra tinggi.
                Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah selalu mempertimbangkan empat komponen berikut ini.
a.       Data atau fakta
b.       Inference atau kesimpulan
c.        Evaluasi atau judgment
d.       Penilaian
                Selain itu, juga harus didukung oleh intuisi penulis secara tajam dan kritis. Perhatikan contoh kritik sastra dan esai berikut ini.
B.      Contoh Kritik dan Esai
a.       Contoh kritik sastra:
Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung
Penulis: Purwana Adi Saputra
Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan dibantu para ustadnya menepa kepala para santri dengan palu godam paksa.
(dikutip seperlunya dari Solopos, 5 Desember 2006)

b.       Contoh esai:
Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. Sastro
Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, di buat pasti untuk mengatur. Tetapi, peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif. Contonya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, senimankan banyak ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, pertentangan diantara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukan pasal-pasal ke dalam rancangan perda itu, dan seterusnya.
Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaanya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya praturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian itu sendiri?
(Dikutip seperlunya dari Jawa Pos, 30 Januari 2007)

                Setelah membaca dan memahami contoh kritik dan esai diatas, tentunya anda dapat mengidentifikasi unsur-unsur dan ciri-ciri kritik dan esai tersebut.
                Untuk dapat menulis kritik dan esai dengan baik diperlukan latihan terus menerus. Sebagai langkah-langkah menulis kritik dan esai perlu kalian perhatikan hal-hal berikut.
a.       Menentukan tema atau topik yang akan ditulis/dikritik.
b.       Mengumpulkan bahan-bahan referensi pendukung.
c.        Mengidentifikasi unsur-unsur yang mendukung dan daya kontra.
d.       Memilih unsur-unsur yang dapat mendukung tema.
e.        Memulai untuk menulis kritik atau esai.
f.        Membaca dan melakukan pengeditan ulang untuk revisi.
g.        Mengirimkan ke media massa cetak.
Selain langkah-langkah di atas, secara konkret anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini.
a.       Menentukan tema
b.       Menentukan bentuk tujuan tulisan (kritik atau esai).
c.        Mengumpulkan bahan dan mencari referensi yang mendukung.
d.       Membuat kerangka (kritik atau esai).
e.        Membuat isi (kritik atau esai).
f.        Penutup atau kesimpulan.
C.      Menyunting Penulisan Kritik dan Esai
Menyunting adalah memperbaiki naskah sehingga menjadi tulisan yang baik dan mudah dipahami. Hal yang dipahami misalnya:
o    Pilihan kata.
o    Penerapan ejaan.
o    Susunan kalimat, dan
o    Keterpaduan paragraf
D.      Contoh Penyuntingan
                Cara penyuntingan ini berupa:
1.       Setiap kritikus yang cakap harus memerhatikan berbagai hal yang terdapat pada setiap karya sastra.
2.       Kecermatan dalam mengungkapkan berbagai hal yang terdapat dalam karya sastra tersebut tergantung pada tingkat ketajaman perasaan kritikus.
3.       Kritikus agar dapat menagkap kepribadian karya sastra harus melalui rekreasi artistik.
4.       Kritikus harus tahu bahasa yang digunakan oleh sastrawan atau harus akrab dengan berbagai jenis gaya bahasa/idiom, komposisi, latar belakang kebudayaan.
                Pada prinsipnya menulis kritik dan esai berkaitan dengan tiga aspek, yaitu:
1.       Aspek historis, yaitu berkaitan dengan watak dan orientasi kesejarahan (mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sastrawan dan menafsirkan hasrat keinginan berdasarkan minat sastrawan serta latar belakang budayanya).
2.       Aspek rekreatif, yaitu menghubungkan apa yang ditangkap/yang telah diungkapkan sastrawan, menuliskan kesan-kesan tentang pengalaman rohani yang diperoleh dari karya sastra yang telah dibaca.
3.       Aspek penghakiman, yaitu berkaitan dengan nilai-nilai dan kadar artistiknya. Penentuan nilai harus memenuhi kriteria, yaitu:
a.       Estetika, yakni pencapaian sebagai karya seni.
b.       Espitemik, yakni pencapaiannya sebagai karya seni.
c.        Normatif, yaitu tentang arti kepentingan, keagungan, dan kedalamannya.
E.      Refleksi
                Dalam pelajaran ini, anda telah mempelajari serta mempraktikan cara mendengar laporan lisan isi program sekolah, menyampaikan gagasan dan tanggapan dalam diskusi, menulis kritik dan esai. Sudahkan anda menguasai materi yang anda pelajari tersebut? Jika anda belum menguasainya, sebaiknya anda mempelajari kembali dan jangan sungkan-sungkan menanyakan kepada guru pengampu anda, jika sudah mampu menguasai materi silahkan lanjutkan ke tema berikutnya.
                Jika anda pelupa buatlah satu karya yang begitu mengesankan dibenak anda.


Minggu, 14 April 2013

SAYEMBARA SASTRA

Generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kesuksesan masa depan bangsa.  Generasi muda dituntut untuk produktif dan peduli terhadap bangsanya sendiri. Indonesia membutuhkan generasi bangsa yang aktif dan bertanggung jawab. Sehingga memiliki prestasi yang dapat dibanggakan.  Pemuda harus diberdayakan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Agar potensi anak bangsa bisa dikembangkan dan diharapkan dapat menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan tak kalah hebat dengan negara lain. Setiap warga negara bisa memulainya dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu sesuai bidangnya masing-masing.
Pemuda Indonesia adalah pemuda yang sangat menjunjung tinggi bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah, siswa dan siswi memiliki indikator untuk mampu mambaca dan menulis. Namun, untuk menghasilkan suatu karya kita tidak hanya membutuhkan ilmu saja tetapi harus ada implementasi di lapangan. Begitu pula halnya dalam pembuatan karya sastra dan karya tulis, kita dituntut untuk terampil dalam berkarya.
Oleh karena itu, kami Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan menyelenggarakan Sayembara Hima Diksatrasia dengan kegiatan yang dikemas dalam slogan “Kita, Lingkungan dan Generasi Bangsa”, dantemanya “Kreativitas Tanpa Batas, Inovasi Tiada Henti, Bersama Merengkuh Karya Sastra”, tema tersebut dikemas dalam kegiatan sayembara agar mampu mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai potensi para generasi muda sastra Indonesia.

Senin, 01 April 2013

semangat jiwa muda sastrawan

kawan-kawan semua yang tertarik didunia sastra yu ikuti sayembara sastra di kampus universitas galuh ciamis.